Senin, 29 Mei 2023

Pengaruh Wanita dalam Menentukan Generasi Berikutnya


“Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.” - Raden Ajeng Kartini.

Wanita seringkali dianggap tidak perlu bersekolah dan tidak perlu mempunyai mimpi tinggi. Mereka beranggapan bahwa untuk apa para wanita berpendidikan tinggi kalau mereka harus kembali ke dapur dan mengurus keluarganya. Tak bisa dipungkiri, bahwa hati saya sakit saat mendengarnya. Memangnya apa yang memicu perdebatan sehingga wanita tidak boleh bersekolah tinggi?

Apa salahnya jika seorang wanita, menapaki jenjang pendidikan yang lebih tinggi? Bukankah pendidikan merupakan aspek penting untuk memajukan sebuah negara? Begitupun dengan kualitas pendidikan wanita yang juga merupakan aspek penting bagi pembangunan bangsa. 

Saya pernah membaca salah satu kutipan yang menyebut bahwa “Anak yang cerdas lahir dari ibu yang cerdas.” lantas akan seperti apa jika tokoh "ibu" yang dimaksud di sini tidak diperbolehkan menempuh pendidikan yang tinggi? Lalu bagaimana bisa lahir seorang anak yang cerdas? Perlu kita ketahui, bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya, pola asuh dan didikan ibu yang cerdas serta berpendidikan akan menjadikan anak menjadi karakter yang berguna di masa depan.

Kartini telah memperjuangkan hak-hak wanita salah satunya ialah ilmu dan pendidikan bagi kaum perempuan. Perjuangannya tersebut berhasil memberikan perubahan bagi wanita menuju pemikiran yang lebih maju. Bahwasannya wanita juga memiliki peranan penting dalam lingkungan sosial mereka.

Pendidikan bukan hanya semata untuk mencari pekerjaan yang baik, tetapi mereka para wanita masih mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi yang bermanfaat, karena wanita berperan dalam menentukan generasi penerus bangsa yang terdidik, dan pada saat itulah dapat kita nilai bagaimana hasil dari seorang wanita selama menuntut ilmu.

Pentingnya pendidikan bagi seorang wanita bukan hanya untuk karir saja, melainkan hal itu juga membentuk pribadi yang memiliki pola pikir kritis, dengan pola pikir kritis ini, seorang perempuan melihat berbagai hal dari berbagai persepektif, memungkinkannya membuat keputusan yang dipertimbangkan dengan cermat.

Kesadaran terhadap pentingnya pendidikan bagi seorang wanita masih sangat rendah, bahkan dari wanita itu sendiri. Mereka masih terjebak pada zona nyaman dan pemikiran lampau yang membuat mereka rabun pada dunia pendidikan. Salah satunya mengenai faktor ekonomi. 

Namun, pada saat ini telah banyak juga wanita yang menggunakan haknya dengan bijaksana. Wanita dengan jenjang pendidikan tinggi, telah mampu berperan serta dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun jumlahnya masih lebih rendah, tetapi setidaknya telah banyak wanita yang mampu menunjukkan prestasinya dalam bidang yang mereka tekuni.

Selain itu, ada juga perjuangan wanita lain di desa-desa terpencil yang berusaha memberdayakan wanita lain disekitarnya. Hal tersebut dilakukan agar para wanita dapat memiliki pengetahuan yang cukup dalam membangun rumah tangga dan juga berkarya. Karena pada dasarnya, wanita adalah juga manusia yang sama dengan laki-laki, wanita memiliki berbagai potensi dan kemampuan yang dapat diasah dan diarahkan untuk menghasilkan karya.

Wanita pada era ini sudah semestinya memahami kodratinya dengan lebih objektif. Kemudian yang perlu dikembangkan adalah kesempatan untuk mengembangkan potensi diri dan menghasilkan karya. Sudah semestinya, hak yang diberikan pada wanita digunakan untuk berkarya dan menghasilkan manfaat bagi masyarakat sekitar, dengan tidak melupakan kodratnya sebagai madrasah utama bagi anak-anaknya dan juga penjaga keluarga agar tetap berada dalam naungan kasih sayang.

Sutan Takdir Alisyabahna memberikan contoh sosok Ratna, sebagai yang sebelum menikah sangat aktif dalam berbagai kongres, perempuan yang lantang mengemukakan gagasannya di forum, hingga semua orang terkesima dan memperkirakan bahwa Ratna akan menjadi pimpinan kongres yang lebih besar lagi.

Namun, ternyata ketika telah menikah, Ratna memilih tinggal di desa terpencil hidup sederhana bersama suaminya. Ratna bukan berubah menjadi seorang pragmatis, melainkan ia telah sampai pada puncak pemahaman yang tinggi mengenai kodrat dan potensi perempuan. 
Di sela-sela kehidupan hariannya, Ratna masih aktif menulis di surat kabar maupun majalah untuk menuangkan gagasan-gagasannya yang masih tajam. Ia tahu betul bahwa masih banyak yang dapat ia kemukakan bagi perbaikan kehidupan perempuan, salah satunya dengan menulis. Menulis menjadi senjata bagi Ratna untuk memberikan pemahaman pada dunia mengenai perempuan. 

Sosok Ratna mengajarkan bahwa kodratnya tidak pernah memasungnya untuk berkarya. Ratna mengupayakan dapat menjalankan kodratnya dengan juga menghasilkan karya melalui gagasan-gagasan yang cemerlang.
Melalui hal tersebut dapat dipahami bahwa yang harus diilhami perempuan hari ini adalah kodrat dan potensinya.

Oleh karna itu besar dampak wanita terhadap pengaruh dalam menentukan generasi berikutnya, dan sudah selayaknya para wanita harus mendapat dukungan lebih dalam pengembangan diri mereka, tanpa pemikiran lama yang justru dapat menghambat kemampuan wanita untuk terus berprestasi.

cc: Ismi Nur Azijah SMK NEGERI 11 Jakarta 

Minggu, 11 September 2022

Kata jurnalistik identik dengan wartawan, sebuah profesi yang bertugas mencari dan menyampaikan suatu informasi kepada masyarakat luas. Jurnalistik juga berarti seni kejuruan yang bersangkutan dengan pemberitaan. Jurnalis membutuhkan beberapa keterampilan seperti keterampilan menulis yang di mana harus dimiliki karena merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam jurnalistik, kemudian wawancara yang juga sangat penting dan juga etika untuk menarik perhatian publik.
Di era modern ini Jurnalistik menjadi sangat dibutuhkan untuk memudahkan masyarakat dalam mencari atau membaca berita dan informasi penting yang sedang terjadi saat ini. 
Semua orang mengerti bahwa teknologi digital menyediakan cara-cara baru untuk menemukan serta berbagi berita dan informasi. Kemajuan yang membuat semua aspek kehidupan terus berkembang dan kemungkinan besar di masa depan pekerjaan manusia akan tergantikan oleh teknologi - teknologi yang mungkin dirancang untuk mengubah masa depan yang lebih maju.
Dengan adanya perkembangan teknologi, media penyampaian informasi pun tersedia dengan beragam. Mulai dari media cetak hingga media elektronik. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak membaca berita dan menerima informasi penting. Dan karena sudah memasuki era modern, Jurnalis juga membutuhkan keterampilan jurnalisme digital dan mampu menguasai semua media sosial dengan tujuan untuk menarik audiens dari berbagai platform tersebut.
Dalam kondisi dunia pers yang berbasis teknologi informasi seperti sekarang ini, jurnalis yang sejak awal mulanya sebagai pion dan ujung tombak media massa, merupakan kalangan yang rentan tertimpa berbagai tantangan berat demi menjalankan tugas dan fungsinya sebagai jurnalis. Salah satu tantangan tersebut yakni mengenai bagaimana jurnalis di era media harus mengutamakan kecepatan penyebaran informasi dengan tetap mengedepankan ketepatan informasi tersebut.
Memiliki fungsi sebagai pendidik masyarakat merupakan fungsi penting yang disandang media pers. Pers berkewajiban mendidik masyarakat pembacanya dengan memberikan beragam pengetahuan yang bisa bermanfaat bagi peningkatan nilai kehidupan. Sajian-sajian karya jurnalistiknya haruslah mencerahkan dan memberikan tambahan pengetahuan serta wawasan yang luas, sehingga masyarakat memperoleh pemahaman atau pengertian baru tentang kehidupan yang lebih maju dibanding sebelumnya. Karena di era modern banyak orang yang menerima berita tidak dicari tahu terlebih dahulu melainkan langsung menyimpulkan sekilas berita yang disampaikan sehingga banyak perspektif yang berlawanan dari yang disampaikan. 
Di Era Digital modern kita, jurnalis memiliki kemampuan untuk berbuat lebih banyak dengan kekuatan teknologi. Mereka menyaring gemerincing Internet dengan mengumpulkan semua artikel yang relevan dalam satu cerita. Mereka menggunakan cara-cara komunikasi baru yang kuat ini untuk menarik perhatian pada isu-isu penting, baik yang mereka laporkan terlebih dahulu atau tidak. Mereka membuat blog langsung dan me-retweet revolusi dengan memperkenalkan fakta mentah.
Selain itu, jurnalis juga mengawasi tiap kegiatan yang dilakukan, serta mendorong atau memotivasi pihak pemegang kekuasaan agar tidak melakukan hal yang bertentangan dengan yang seharusnya.
Jurnalistik ada untuk merekatkan berbagai perbedaan, nilai, paham, pendapat, budaya, tradisi, serta adat istiadat dalam masyarakat. Kata lainnya, dalam memberi informasi kepada khalayak, jurnalis harus memberi informasi yang sehat ke seluruh lapisan masyarakat.
Sehat berarti tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, dan strata sosial, melainkan memberi informasi yang sama, seimbang, dan tidak berpihak.
Jurnalisme pada saat ini tidak hanya ada dalam bentuk cetak, namun telah merambah ke berbagai platform seperti media online. Perkembangan teknologi yang pesat dan didorong untuk berkebutuhan cepat membuat teknologi menjadi salah satu tolak ukur dalam perkembangan dunia di era modern. Begitu juga dengan media, khususnya media jurnalisme. Media yang dulu hidup di era analog atau masih dengan cara yang konvensional, maka di era modern dikenal dengan era digital. Media jurnalistik juga mendapatkan dampak dari era modern yaitu digitalisasi. Banyak perusahaan media cetak harus bisa mengikuti perkembangan zaman yang ada, agar informasi yang disampaikan ke khalayak tetap menjadi prioritas utama. Maka muncullah media online atau yang dikenal dengan jurnalisme online. Dengan munculnya media baru ini, membuat semuanya menjadi lebih mudah dan praktis. Namun, praktik jurnalisme juga akan semakin sulit dihadapi oleh para pekerja media.
Di era digital seperti saat ini, praktik jurnalisme sering menghadapi berbagai tantangan dan dinamika yang terus berkembang. Kehadiran teknologi digital telah dibarengi pula dengan jurnalisme instan dan informasi hoaks. Era disrupsi digital menuntut para jurnalis untuk selalu bersiap diri dalam menghadapi tantangan dan ancaman seperti mengutip begitu saja sumber informasi (misalnya dari media sosial) sehingga dapat menyebabkan lahirnya hoaks. Jurnalisme instan juga bisa dilihat dengan munculnya jurnalisme clickbait, yaitu jurnalisme yang bombastis dan sensasional. Terutama judul dapat dibuat demi menarik perhatian pembaca karena menciptakan kebebasan pers yang menjadikan tidak terkendali.
Era modern yang memudahkan masyarakat dalam mengakses dan membagikan informasi membuat jurnalistik seakan-akan setara dengan rakyat. Namun, peran jurnalistik profesional di era modern sangat dibutuhkan, karena jurnalistik profesional terikat dengan etika jurnalistik sehingga tidak bisa berlaku sembarangan terhadap suatu informasi. Jurnalis berperan untuk memastikan kebenaran dari informasi yang beredar di media digital, mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berpikir kritis dalam menerima suatu informasi, dan menyajikan informasi yang relevan serta terverifikasi kebenarannya agar masyarakat tidak mengkonsumsi berita hoaks.
Berdasarkan media yang digunakan untuk publikasi atau penyebarluasan informasi, jurnalistik dibagi menjadi tiga jenis:
Jurnalistik Cetak (printed journalism), yaitu proses jurnalistik di media cerak (printed media) koran/surat kabar, majalah, tabloid.
Jurnalistik Elektronik (electronic journalism) atau Jurnalistik Penyiaran (Broadcast Journalism), yaitu proses jurnalistik di media radio, televisi, dan film.
Jurnalistik Online (online journalism) atau Jurnalistik Daring (dalam jaringan, yaitu penyebarluasan informasi melalui situs web berita atau portal berita (media internet, media online, media siber).

Pada dasarnya, jurnalis berperan untuk menyebarkan informasi terkait suatu peristiwa kepada masyarakat luas. Sehingga, media sekarang tidak hanya melalui media radio, media televisi, maupun media cetak. Namun, bisa juga melalui media online. Jurnalis menggambarkan suatu peristiwa melalui tulisan beritanya. Selain menggambarkan dan melaporkan, jurnalis juga menambahkan bahan dalam menjelaskan arti sesuatu, misalnya seperti analisis atau komentar dalam suatu berita. Seorang jurnalis dituntut untuk terus belajar dan menambah pengetahuannya agar mampu mengikuti perkembangan perubahan sosial dan mampu menyajikan suatu informasi yang kayak kepada pembaca dan audiensnya.
Dan Hal ini terlihat dari berkembang pesatnya jurnalistik baik cetak, elektronik, digital, dan internet. Berbagai media televisi dengan salurannya masing – masing, siang malam menghiasi layar televisi.
Kemudian, keberadaan radio dan majalah yang juga berkembang pesat seiring perkembangan zaman. Tak luput dengan keberadaan teknologi, yang memungkinkan kita mengakses internet lebih cepat baik melalui komputer maupun dengan smartphone yang semakin merajalela. Keberadaannya mampu menjangkau hingga pelosok daerah.
Oleh karena itu, pemberitaan semakin cepat tersebar dan meluas. Sehingga masyarakat di daerah pedesaan pun mampu mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di perkotaan, pun sebaliknya. Di sisi lain, dalam praktiknya memang ada media yang tidak melakukan tanggung jawabnya dengan benar. Namun sebagaian besar tetap berpedoman pada UU Pers yang diakui bersama dalam dunia jurnalistik.

Create by:
Kelompok V
Jurnalis atau dikenal juga dengan sebutan sebagai wartawan adalah sebutan untuk seseorang yang melakukan kegiatan jurnalistik seperti menulis, menganalisis, dan melaporkan suatu peristiwa kepada publik bisa melalui media massa secara teratur. Kegiatan jurnalistik dilakukan di berbagai media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, juga media secara online. Jurnalis sering dianggap oleh seseorang sebagai wakil dari suara masyarakat untuk memberitakan berbagai kejadian yang ada dan terjadi di masyarakat. Dalam produksi suatu pemberitaan, dilibatkan juga seorang editor yang melakukan pemeriksaan isi konten untuk menjaga kualitas laporan. Jurnalistik sendiri adalah proses dari pengumpulan suatu bahan berita (peliputan), suatu pelaporan peristiwa (reporting), suatu penulisan berita (writing), suatu penyuntingan naskah berita (editing), dan suatu penyajian atau penyebarluasan berita (publishing/ broadcasting) melalui media. Jurnalis sendiri dapat didiartikan sebagai seorang yang bekerja untuk mengumpulkan berita. Kegiatannya untuk menyampaikan berita atau pesan kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media. Baik media cetak, media online, maupun media elektronik, dan lain lain. Seseorang harus memiliki tanggung jawab yang besar dan komitmen yang kuat ntuk menjadi seorang jurnalis, maka dari itu tidak mudah bagi seseorang untuk menjadi seorang jumalis yang telaten dan bertanggung jawab.

Terus apa sih yang dimaksud Jurnalis dalam arti yang luas? jurnalis dalam arti yang luas merupakan sebuah proses kegiatan dalam mengolah, menulis dan menyebar-luaskan berita melalui media massa. Hasil proses jurnalistik atau karya jurnalistik dapat dipublikasikan atau disebarluaskan melalui media massa yang terbagi dalam tiga jenis. Yang pertama adalah media cetak, media cetak sendiri terdiri dari surat kabar (koran, terbit harian, majalah, dan tabloid). Yang kedua adalah media elektronik, media elektronik terdiri dari radio siaran, televisi, dan film. Dan yang ketiga adalah media siber, media siber yaitu media massa di internet dikenal dengan sebutan media online, situs berita, portal berita (news portal), website berita, atau media. Sementara di dalam kamus bahasa Indonesia (KBBI) jurnalistik merupakan kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis (surat kabar, majalah, atau lainnya). Sementara pendapat lain mengatakan, jurnalistik adalah ilmu tentang kewartawanan. Jurnalistik dengan kata lain juga bisa disebut juga sebagai ilmu yang mempelajari tentang suatu bagaimana kerja para wartawan atau jurnalis dalam menghasilkan karya-karya kejurnalistikan-nya. Perhatikan: penggunaan bahasa jurnalistik, tidak bertele-tele dan kalimat yang dibuat mudah dipahami oleh orang lain. Jurnalistik merupakan sebuah proses kegiatan dalam mengolah, menulis, dan menyebarluaskan berita dan atau opini melalui media massa dalam jaringan (media daring).Jurnalistik dan jurnalisme hanya berbeda istilah. Kata jurnalistik selalu berkaitan dengan kewartawanan dan persuratkabaran. Sedangkan jurnalisme artinya pekerjaan mengumpulkan fakta, menulis, mencari,menyunting, serta menerbitkan berita di surat kabar. Istilah jurnalisme sering juga disebut kewartawanan.

Tujuan salah satu jurnalisme adalah untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan warga negara atau masyarakat dalam membuat keputusan terbaik tentang kehidupan, komunitas, masyarakat, dan pemerintah mereka. Meskipun mungkin menarik atau bahkan menghibur, nilai utama suatu berita adalah sebagai utilitas (kemampuan) untuk memberdayakan informasi.Jurnalistik sangat berperan sebagai pemberi informasi melalui beberapa karya jurnalistik, seperti berita, feature, reportase, atau karya jurnalistik lainnya (puisi, cerpen, dan in lain). Informasi yang dimaksud ini bukan hanya sekedar sebuah berita, tetapi juga berupa pemikiran, gagasan, ide, atau pendapat yang memang layak untuk disebarluaskan atau dipublikasikan kepada publik atau masyarakat. Fungsi jurnalis itu adalah menulis, menganalisis, dan melaporkan suatu peristiwa kepada khalayak melalui media massa secara teratur, memeriksa keotentikan suatu informasi yang akan disampaikan dan melakukan wawancara kepada narasumber demi memperoleh informasi akurat untuk disampaikan ke publik.

Fungsi jurnalistik ini mencakup fungsi informasi, hiburan, pendidikan, kontrol sosial, serta perekat sosial. Judul atau kepala berita (headline), sub judul berita (anak judul), urutan kejadian (timeline), teras berita (lead atau intro), tubuh berita (body), kutipan (pernyataan), dan arahan tulisan. Fungsi dan peran jurnalis di era modern ini yaitu sebagai sarana penting informasi yang akan diberitakan, karena era modern ini juga banyak informasi atau hal hal yang banyak populer/viral dan sesuatu yang baru dan zaman yang sekarang sudah masuk zaman digital atau teknologi yang sudah cukup canggih. Maka dari itu banyak informasi dan berita mengenai era modern dan digital ini yang penting untuk diberitakan karena untuk membantu masyarakat untuk mengetahui informasi lebih mudah.Kata jurnalistik memang identik dengan wartawan, sebuah profesi yang bertugas mencari dan menyampaikan suatu informasi kepada khalayak luas. 

Perkembangan jurnalistik saat ini juga memberi suatu kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk dengan mudahnya menerima dan menyampaikan informasi melalui media jurnalistik. Beberapa peran jurnalistik di era modern saat ini jurnalistik berperan sebagai agen pembaru lewat berita yang disampaikan kepada masyarakat. Berita bisa merangsang, memengaruhi dan mengubah pikiran, bahkan menggerakkan masyarakat untuk berbuat suatu hal, baik positif maupun negatif. Jurnalistik berperan sebagai pelapor. Maknanya adalah jurnalistik bertindak sebagai mata dan telinga masyarakat, dengan melaporkan berbagai peristiwa yang terjadi tanpa prasangka dan bersifat netral. Fungsi dan peran dalam kerja jurnalistik di era modern, yaitu :
Memberikan informasi/menyiarkan informasi (berita) yang sedang hits, viral atau populer. kepada massa atau pembaca (publik).
pemberi hiburan.
pendidik masyarakat.
Informasi yang disajikan melalui karya-karya jurnalistik, seperti berita (straight news), reportase, feature dan lainnya. Sesuatu yang memang sangat diharapkan publik pembaca, ketika membaca. 

Informasi yang disampaikan pun beragam jenis. Tidak hanya sebatas informasi yang berkaitan dengan suatu peristiwa, tetapi juga bersifat ide, gagasan-gagasan, pendapat atau pikiran-pikiran orang lain yang memang layak untuk disampaikan ke publik pembaca.Jurnalistik berperan sebagai pemberi informasi melalui beberapa karya jurnalistik, seperti berita, feature, reportase, atau karya jurnalistik lainnya. Informasi yang dimaksud bukan hanya berita, tetapi juga berupa pemikiran, gagasan, ide, atau pendapat yang memang layak untuk disebarluaskan kepada publik. Selain fungsi jurnalis yang sudah disebutkan diatas, jurnalis memiliki fungsi dan peran lagi yang penting di era modern ini salah satunya yaitu menyaring informasi. Saat informasi tersebarbegitu cepat dan mudah disitulah peran jurnalis untuk memverifikasi kebenaran dari setiap informasi dengan cara menyelidiki peristiwa, mengumpulkan fakta, dan menerbitkan cerita yang sudah terkonfirmasi kebenarannya. 

Peran ini penting karena di zaman ini informasi apapun bahkan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dapat tersebar dengan mudah. Begitu banyak oknum yang dapat memutar balikkan fakta dan menyebar hoax, dengan adanya wadah jurnalis ini, informasi dapat lebih tersaring dengan benar dan tepat dan menjadi tolak ukur informasi yang faktual. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini menjadikan semua orang bisa dengan mudah membuat artikel dan membagikannya lewat blogspot dan media cetak. Maka dari itu kita membutuhkan wadah jurnalistik untuk memberikan suatu informasi yang sesuai fakta atau tidak hoax. Karena itu wadah jurnalis sangat penting karena memberikan informasi dan berita terkini dan relevan kepada publik. Lebih penting lagi bahwa informasi itu sudah terverifikasi atau terkonfirmasi kebenarannya. Publik tidak akan memercayai sebuah berita atau informasi begitu saja, sebelum info itu muncul di media resmi -situs berita, televisi, radio dan sudah tersaring keberannya lewat media jurnalis yan ada sekarang ini.

Create by:
Kelompok IV

Pendahuluan
Sejak teknologi informasi Internet dikenal dalam masyarakat sekitar tahun 1990-an yang lalu, teknologi sudah banyak dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan. Dimana pada akhirnya muncul yang namanya jurnalisme, yaitu tindakan mengumpulkan, menilai, membuat, dan menyajikan berita dan informasi. Di Indonesia sendiri perkembangan jurnalistik ada pada jaman penjajahan Belanda. Jurnalistik yang dipraktikkan oleh 
media konvensional, seperti media cetak surat kabar, media radio maupun media penyiaran televisi yang sudah mulai ketinggalan zaman. Sekarang ini di era modern, semua sudah menjadi mudah.Teknologi berkembang secara pesat. komunikasi bisa melalui Internet, distribusi berita dapat dilakukan dengan cepat, bahkan real time diterima khalayak dalam media portal berita.

 Pembahasan
• Fungsi dan peran jurnalistik di era saat ini
Fungsi jurnalistik mencakup fungsi informasi, hiburan, pendidikan, kontrol sosial, serta perekat sosial.
Ini bertujuan untuk menginformasikan, menerapkan pengawasan kekuasaan, dan dalam arti yang luas yaitu untuk mencerahkan budaya, melalui berbagai ide dan cita-cita.
Secara konseptual, fungsi itu dapat ditemukan di Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Sama halnya dengan fungsi, Jurnalistik berperan sebagai pemberi informasi melalui beberapa karya jurnalistik, seperti berita, feature, reportase, atau karya jurnalistik lainnya. Informasi yang dimaksud bukan hanya berita, tetapi juga berupa pemikiran, gagasan, ide, atau pendapat yang memang layak untuk disebarluaskan kepada publik.
• Apakah jurnalisme masih penting di era media sosial dan era digital saat ini? Saat informasi terkini diproduksi dan dipublikasi oleh warganet melalui berbagai media sosial, apakah publik masih membutuhkan wartawan?
Jawabannya: Masih penting! Publik masih butuh jurnalis. Alasan utamanya: jurnalis bekerja secara profesional dan menaati aturan seperti kode etik. jurnalis tidak akan menulis berita yang belum tentu kebenarannya. 
• Fungsi dan peran jurnalistik di era saat ini
Fungsi jurnalistik mencakup fungsi informasi, hiburan, pendidikan, kontrol sosial, serta perekat sosial.
Ini bertujuan untuk menginformasikan, menerapkan pengawasan kekuasaan, dan dalam arti yang luas yaitu untuk mencerahkan budaya, melalui berbagai ide dan cita-cita.
Secara konseptual, fungsi itu dapat ditemukan di Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Sama halnya dengan fungsi, Jurnalistik berperan sebagai pemberi informasi melalui beberapa karya jurnalistik, seperti berita, feature, reportase, atau karya jurnalistik lainnya. Informasi yang dimaksud bukan hanya berita, tetapi juga berupa pemikiran, gagasan, ide, atau pendapat yang memang layak untuk disebarluaskan kepada publik.
• Apakah jurnalisme masih penting di era media sosial dan era digital saat ini? Saat informasi terkini diproduksi dan dipublikasi oleh warganet melalui berbagai media sosial, apakah publik masih membutuhkan wartawan?
Jawabannya: Masih penting! Publik masih butuh jurnalis. Alasan utamanya: jurnalis bekerja secara profesional dan menaati aturan seperti kode etik. jurnalis tidak akan menulis berita yang belum tentu kebenarannya.
Kebanyakan jurnalis adalah orang yang baik, berjiwa publik, tidak kaya atau terkenal, yang hanya ingin mendapatkan kebenaran (fakta).
Barang-barang sosial mudah dihancurkan, tetapi tidak mudah diciptakan. Jurnalisme yang akurat dan adil adalah salah satu kebaikan sosial, tetapi hari ini jurnalis di seluruh dunia tampaknya beralih ke kategori orang-orang yang dianggap bersalah sampai terbukti tidak bersalah. 
Alasan Jurnalis Masih Dibutuhkan :
- Kita tidak dapat memposting ulang hal-hal yang kita temukan di web sekaligus dan menyebutnya “berita” (news).
- Jika mendengar seribu suara pada satu topik, itu bisa terdengar sangat mirip dengan kebisingan
- Mengkompilasi konten pada dasarnya tidak salah. Tapi masih ada lebih banyak kebutuhan untuk konten asli.
Pembahasan

• Fungsi dan peran jurnalistik di era saat ini

Fungsi jurnalistik mencakup fungsi informasi, hiburan, pendidikan, kontrol sosial, serta perekat sosial. Ini bertujuan untuk menginformasikan, menerapkan pengawasan kekuasaan, dan dalam arti yang luas yaitu untuk mencerahkan budaya, melalui berbagai ide dan cita - cita. Secara konseptual, fungsi itu dapat ditemukan di Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Sama halnya juga dengan fungsi, Jurnalistik juga berperan sebagai pemberi informasi melalui beberapa karya jurnalistik, seperti berita, feature, reportase, atau karya jurnalistik lainnya. Informasi yang dimaksud bukan hanya berita, tetapi juga berupa pemikiran, gagasan, ide, atau pendapat yang memang layak untuk disebarluaskan kepada publik.

• Apakah jurnalisme masih penting di era media sosial dan era digital saat ini? Saat informasi terkini diproduksi dan dipublikasi oleh warganet melalui berbagai media sosial, apakah publik masih membutuhkan wartawan?

Jawabannya: Masih penting! Publik masih butuh jurnalis. Alasan utamanya: jurnalis bekerja secara profesional dan menaati aturan seperti kode etik. jurnalis tidak akan menulis berita yang belum tentu kebenarannya. 


• Fungsi dan peran jurnalistik di era saat ini
Fungsi jurnalistik mencakup fungsi informasi, hiburan, pendidikan, kontrol sosial, serta perekat sosial.
Ini bertujuan untuk menginformasikan, menerapkan pengawasan kekuasaan, dan dalam arti yang luas yaitu untuk mencerahkan budaya, melalui berbagai ide dan cita-cita.
Secara konseptual, fungsi itu dapat ditemukan di Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Sama halnya dengan fungsi, Jurnalistik berperan sebagai pemberi informasi melalui beberapa karya jurnalistik, seperti berita, feature, reportase, atau karya jurnalistik lainnya. Informasi yang dimaksud bukan hanya berita, tetapi juga berupa pemikiran, gagasan, ide, atau pendapat yang memang layak untuk disebarluaskan kepada publik.
Media yang biasanya digunakan untuk publikasi atau penyebarluasan informasi, jurnalistik dibagi menjadi tiga jenis :
Pertama, Jurnalistik Cetak (printed journalism) 
yaitu proses jurnalistik di media cerak (printed media) koran/suratkabar, majalah, tabloid.
Kedua, Jurnalistik Elektronik (electronic journalism) atau Jurnalistik Penyiaran (Broadcast Journalism) 
 yaitu proses jurnalistik di media radio, televisi, dan film.
Ketiga, Jurnalistik Online (online journalism) atau Jurnalistik Daring (dalam jaringan).
• Apakah jurnalisme masih penting di era media sosial dan era digital saat ini? Saat informasi terkini diproduksi dan dipublikasi oleh warganet melalui berbagai media sosial, apakah publik masih membutuhkan wartawan?
Jawabannya: Masih penting! Publik masih butuh jurnalis. Alasan utamanya: jurnalis bekerja secara profesional dan menaati aturan seperti kode etik. jurnalis tidak akan menulis berita yang belum tentu kebenarannya. Jadi jurnalisme masih relevan, wartawan masih dibutuhkan, kebenaran paling utama, wartawan media atau jurnalisme berperan dalam verifikasi dan konfirmasi sebuah informasi. media pers masih penting bahkan lebih penting lagi di tengah maraknya media sosial yang menjadi Sarana penyebaran hoax.
Kebanyakan jurnalis adalah orang yang baik, berjiwa publik, tidak kaya atau terkenal, yang hanya ingin mendapatkan kebenaran (fakta).
Barang-barang sosial mudah dihancurkan, tetapi tidak mudah diciptakan. Jurnalisme yang akurat dan adil adalah salah satu kebaikan sosial, tetapi hari ini jurnalis di seluruh dunia tampaknya beralih ke kategori orang-orang yang dianggap bersalah sampai terbukti tidak bersalah. 
Alasan Jurnalis Masih Dibutuhkan :
- Kita tidak dapat memposting ulang hal-hal yang kita temukan di web sekaligus dan menyebutnya “berita” (news). 
dibutuhkannya orang-orang yang mengambil kumpulan informasi tanpa akhir sebagian berguna dan sebagian lagi tidak akan memberikan konteks yang lebih luas. Itu membantu publik menguraikan Bagaimana informasi itu cocok bersama di dunia di mana kita mendapatkan lebih banyak informasi bukan lebih sedikit.
- Jika mendengar seribu suara pada satu topik, itu bisa terdengar sangat mirip dengan kebisingan.
ini diperlukan beberapa otoritas terpercaya tentang topik untuk membantu memberi pendapat yang masuk akal
- Mengkompilasi konten pada dasarnya tidak salah. Tapi masih ada lebih banyak kebutuhan untuk konten asli.
bukan yang memiliki konten terbanyak yang menang tapi dialah yang memiliki konten paling relevan.
Pada era digital tak banyak masyarakat yang sadar akan nasib jurnalisme. Pada masa sebelumnya rata - rata generasi jurnalis lebih memilih mengonsumsi informasi yang ringan renyah dan tidak memusingkan. Dan juga dari hasil penelitian yang dilakukan sekitar 89% responder lebih suka mengonsumsi informasi lewat agregator media online lokal maupun internasional. Salah satu alasan yang mengemuka adalah faktor kemudahan akses dan kecepatan penyajian informasi, sekarang pun kebanyakan kaum muda lebih memilih mengonsumsi informasi lewat media online sangat berpotensi mendapatkan informasi yang tidak akurat jika mereka memviralkan informasi tersebut dikhawatirkan akan menyebarluaskan Informasi yang tidak benar.
ada beberapa misi yang perlu dilakukan media agar membangun jurnalistik lebih berkembang :Misi pertama yang perlu dilakukan oleh media adalah riset tentang siapa target konsumen mereka dan bukan memproduksi konten setelah itu menjaga hubungan dengan pembaca lewat berbagai kegiatan edukasi seperti seminar investasi atau kursus online



Kesimpulan
Jadi jika dilihat dari Fungsi dan Peran Jurnalistik, fungsi informasi, hiburan, pendidikan, kontrol sosial, serta perekat sosial yang bertujuan untuk menginformasikan, menerapkan pengawasan kekuasaan, dan dalam arti yang luas yaitu untuk mencerahkan budaya, melalui berbagai ide dan cita-cita. Dan perannya sebagai pemberi informasi melalui beberapa karya jurnalistik, seperti berita, feature, reportase. Jurnalistik dengan perkembangannya dari dulu hingga ke era modern sangat penting apalagi dengan adanya perkembangan zaman yang membuat jurnalis semakin dibutuhkan untuk mengolah informasi di era modern dengan digital.



Pendahuluan
Sejak teknologi informasi Internet dikenal dalam masyarakat sekitar tahun 1990-an yang lalu, teknologi sudah banyak dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan. Dimana pada akhirnya muncul yang namanya jurnalisme, yaitu tindakan mengumpulkan, menilai, membuat, dan menyajikan berita dan informasi. Di Indonesia sendiri perkembangan jurnalistik ada pada jaman penjajahan Belanda. Jurnalistik yang dipraktikkan oleh 
media konvensional, seperti media cetak surat kabar, media radio maupun media penyiaran televisi yang sudah mulai ketinggalan zaman. Sekarang ini di era modern, semua sudah menjadi mudah.Teknologi berkembang secara pesat. komunikasi bisa melalui Internet, distribusi berita dapat dilakukan dengan cepat, bahkan real time diterima khalayak dalam media portal berita.

 Pembahasan
• Fungsi dan peran jurnalistik di era saat ini
Fungsi jurnalistik mencakup fungsi informasi, hiburan, pendidikan, kontrol sosial, serta perekat sosial.
Ini bertujuan untuk menginformasikan, menerapkan pengawasan kekuasaan, dan dalam arti yang luas yaitu untuk mencerahkan budaya, melalui berbagai ide dan cita-cita.
Secara konseptual, fungsi itu dapat ditemukan di Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Sama halnya dengan fungsi, Jurnalistik berperan sebagai pemberi informasi melalui beberapa karya jurnalistik, seperti berita, feature, reportase, atau karya jurnalistik lainnya. Informasi yang dimaksud bukan hanya berita, tetapi juga berupa pemikiran, gagasan, ide, atau pendapat yang memang layak untuk disebarluaskan kepada publik.
• Apakah jurnalisme masih penting di era media sosial dan era digital saat ini? Saat informasi terkini diproduksi dan dipublikasi oleh warganet melalui berbagai media sosial, apakah publik masih membutuhkan wartawan?
Jawabannya: Masih penting! Publik masih butuh jurnalis. Alasan utamanya: jurnalis bekerja secara profesional dan menaati aturan seperti kode etik. jurnalis tidak akan menulis berita yang belum tentu kebenarannya. 
• Fungsi dan peran jurnalistik di era saat ini
Fungsi jurnalistik mencakup fungsi informasi, hiburan, pendidikan, kontrol sosial, serta perekat sosial.
Ini bertujuan untuk menginformasikan, menerapkan pengawasan kekuasaan, dan dalam arti yang luas yaitu untuk mencerahkan budaya, melalui berbagai ide dan cita-cita.
Secara konseptual, fungsi itu dapat ditemukan di Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Sama halnya dengan fungsi, Jurnalistik berperan sebagai pemberi informasi melalui beberapa karya jurnalistik, seperti berita, feature, reportase, atau karya jurnalistik lainnya. Informasi yang dimaksud bukan hanya berita, tetapi juga berupa pemikiran, gagasan, ide, atau pendapat yang memang layak untuk disebarluaskan kepada publik.
• Apakah jurnalisme masih penting di era media sosial dan era digital saat ini? Saat informasi terkini diproduksi dan dipublikasi oleh warganet melalui berbagai media sosial, apakah publik masih membutuhkan wartawan?
Jawabannya: Masih penting! Publik masih butuh jurnalis. Alasan utamanya: jurnalis bekerja secara profesional dan menaati aturan seperti kode etik. jurnalis tidak akan menulis berita yang belum tentu kebenarannya.
Kebanyakan jurnalis adalah orang yang baik, berjiwa publik, tidak kaya atau terkenal, yang hanya ingin mendapatkan kebenaran (fakta).
Barang-barang sosial mudah dihancurkan, tetapi tidak mudah diciptakan. Jurnalisme yang akurat dan adil adalah salah satu kebaikan sosial, tetapi hari ini jurnalis di seluruh dunia tampaknya beralih ke kategori orang-orang yang dianggap bersalah sampai terbukti tidak bersalah. 
Alasan Jurnalis Masih Dibutuhkan :
- Kita tidak dapat memposting ulang hal-hal yang kita temukan di web sekaligus dan menyebutnya “berita” (news).
- Jika mendengar seribu suara pada satu topik, itu bisa terdengar sangat mirip dengan kebisingan
- Mengkompilasi konten pada dasarnya tidak salah. Tapi masih ada lebih banyak kebutuhan untuk konten asli.
Pembahasan

• Fungsi dan peran jurnalistik di era saat ini

Fungsi jurnalistik mencakup fungsi informasi, hiburan, pendidikan, kontrol sosial, serta perekat sosial. Ini bertujuan untuk menginformasikan, menerapkan pengawasan kekuasaan, dan dalam arti yang luas yaitu untuk mencerahkan budaya, melalui berbagai ide dan cita - cita. Secara konseptual, fungsi itu dapat ditemukan di Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Sama halnya juga dengan fungsi, Jurnalistik juga berperan sebagai pemberi informasi melalui beberapa karya jurnalistik, seperti berita, feature, reportase, atau karya jurnalistik lainnya. Informasi yang dimaksud bukan hanya berita, tetapi juga berupa pemikiran, gagasan, ide, atau pendapat yang memang layak untuk disebarluaskan kepada publik.

• Apakah jurnalisme masih penting di era media sosial dan era digital saat ini? Saat informasi terkini diproduksi dan dipublikasi oleh warganet melalui berbagai media sosial, apakah publik masih membutuhkan wartawan?

Jawabannya: Masih penting! Publik masih butuh jurnalis. Alasan utamanya: jurnalis bekerja secara profesional dan menaati aturan seperti kode etik. jurnalis tidak akan menulis berita yang belum tentu kebenarannya. 


• Fungsi dan peran jurnalistik di era saat ini
Fungsi jurnalistik mencakup fungsi informasi, hiburan, pendidikan, kontrol sosial, serta perekat sosial.
Ini bertujuan untuk menginformasikan, menerapkan pengawasan kekuasaan, dan dalam arti yang luas yaitu untuk mencerahkan budaya, melalui berbagai ide dan cita-cita.
Secara konseptual, fungsi itu dapat ditemukan di Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Sama halnya dengan fungsi, Jurnalistik berperan sebagai pemberi informasi melalui beberapa karya jurnalistik, seperti berita, feature, reportase, atau karya jurnalistik lainnya. Informasi yang dimaksud bukan hanya berita, tetapi juga berupa pemikiran, gagasan, ide, atau pendapat yang memang layak untuk disebarluaskan kepada publik.
Media yang biasanya digunakan untuk publikasi atau penyebarluasan informasi, jurnalistik dibagi menjadi tiga jenis :
Pertama, Jurnalistik Cetak (printed journalism) 
yaitu proses jurnalistik di media cerak (printed media) koran/suratkabar, majalah, tabloid.
Kedua, Jurnalistik Elektronik (electronic journalism) atau Jurnalistik Penyiaran (Broadcast Journalism) 
 yaitu proses jurnalistik di media radio, televisi, dan film.
Ketiga, Jurnalistik Online (online journalism) atau Jurnalistik Daring (dalam jaringan).
• Apakah jurnalisme masih penting di era media sosial dan era digital saat ini? Saat informasi terkini diproduksi dan dipublikasi oleh warganet melalui berbagai media sosial, apakah publik masih membutuhkan wartawan?
Jawabannya: Masih penting! Publik masih butuh jurnalis. Alasan utamanya: jurnalis bekerja secara profesional dan menaati aturan seperti kode etik. jurnalis tidak akan menulis berita yang belum tentu kebenarannya. Jadi jurnalisme masih relevan, wartawan masih dibutuhkan, kebenaran paling utama, wartawan media atau jurnalisme berperan dalam verifikasi dan konfirmasi sebuah informasi. media pers masih penting bahkan lebih penting lagi di tengah maraknya media sosial yang menjadi Sarana penyebaran hoax.
Kebanyakan jurnalis adalah orang yang baik, berjiwa publik, tidak kaya atau terkenal, yang hanya ingin mendapatkan kebenaran (fakta).
Barang-barang sosial mudah dihancurkan, tetapi tidak mudah diciptakan. Jurnalisme yang akurat dan adil adalah salah satu kebaikan sosial, tetapi hari ini jurnalis di seluruh dunia tampaknya beralih ke kategori orang-orang yang dianggap bersalah sampai terbukti tidak bersalah. 
Alasan Jurnalis Masih Dibutuhkan :
- Kita tidak dapat memposting ulang hal-hal yang kita temukan di web sekaligus dan menyebutnya “berita” (news). 
dibutuhkannya orang-orang yang mengambil kumpulan informasi tanpa akhir sebagian berguna dan sebagian lagi tidak akan memberikan konteks yang lebih luas. Itu membantu publik menguraikan Bagaimana informasi itu cocok bersama di dunia di mana kita mendapatkan lebih banyak informasi bukan lebih sedikit.
- Jika mendengar seribu suara pada satu topik, itu bisa terdengar sangat mirip dengan kebisingan.
ini diperlukan beberapa otoritas terpercaya tentang topik untuk membantu memberi pendapat yang masuk akal
- Mengkompilasi konten pada dasarnya tidak salah. Tapi masih ada lebih banyak kebutuhan untuk konten asli.
bukan yang memiliki konten terbanyak yang menang tapi dialah yang memiliki konten paling relevan.
Pada era digital tak banyak masyarakat yang sadar akan nasib jurnalisme. Pada masa sebelumnya rata - rata generasi jurnalis lebih memilih mengonsumsi informasi yang ringan renyah dan tidak memusingkan. Dan juga dari hasil penelitian yang dilakukan sekitar 89% responder lebih suka mengonsumsi informasi lewat agregator media online lokal maupun internasional. Salah satu alasan yang mengemuka adalah faktor kemudahan akses dan kecepatan penyajian informasi, sekarang pun kebanyakan kaum muda lebih memilih mengonsumsi informasi lewat media online sangat berpotensi mendapatkan informasi yang tidak akurat jika mereka memviralkan informasi tersebut dikhawatirkan akan menyebarluaskan Informasi yang tidak benar.
ada beberapa misi yang perlu dilakukan media agar membangun jurnalistik lebih berkembang :Misi pertama yang perlu dilakukan oleh media adalah riset tentang siapa target konsumen mereka dan bukan memproduksi konten setelah itu menjaga hubungan dengan pembaca lewat berbagai kegiatan edukasi seperti seminar investasi atau kursus online



Kesimpulan
Jadi jika dilihat dari Fungsi dan Peran Jurnalistik, fungsi informasi, hiburan, pendidikan, kontrol sosial, serta perekat sosial yang bertujuan untuk menginformasikan, menerapkan pengawasan kekuasaan, dan dalam arti yang luas yaitu untuk mencerahkan budaya, melalui berbagai ide dan cita-cita. Dan perannya sebagai pemberi informasi melalui beberapa karya jurnalistik, seperti berita, feature, reportase. Jurnalistik dengan perkembangannya dari dulu hingga ke era modern sangat penting apalagi dengan adanya perkembangan zaman yang membuat jurnalis semakin dibutuhkan untuk mengolah informasi di era modern dengan digital.

Create by:
Kelompok III
Fungsi jurnalis secara global terbagi menjadi delapan sesuai dengan porsi dan perbedaan tujuannya. dalam hal ini audience memerlukan jurnalis yang bisa memeriksa keautentikan informasi, jurnalis menerangkan informasi tersebut masuk akal atau tidak, jurnalis terus mengawasi dan membongkar kejahatan, meneliti dan memantau kembali kejadian tertentu dan dapat bekerja sama dengan masyarakat sebagai reporter warga, melakukan pemberdayaan antara jurnalis dan warga untuk berdialog secara berkesinambungan, jurnalis cerdas harus berbagi informasi dari sumber berita, menjadi poros warga agar dapat memantau berbagai informasi, dan jurnalis tidak hanya dikenal melalui karya dan bagaimana menghasilkannya, namun juga tingkah laku jurnalis masuk ke dalam ranah publik yang wajib dicontoh. Namun bukan hanya fungsi, tanggung jawab jurnalis juga memiliki peran penting dalam hal keberlangsungan informasi sampai ke masyarakat.
Penerapan kode etik jurnalistik tentang hak tolak seorang jurnalis berupa penerapan perlindungan identitas sumber berita, menjelaskan salah satu fungsi jurnalistik. Fungsi yang dimaksud yakni fungsi pengawalan hak-hak warga Negara. Maksudnya, seorang jurnalis berfungsi mengawal dan mengamankan hak-hak pribadi. Dalam suatu pemberitaan, seorang jurnalis memiliki maksud untuk tidak mencantumkan atau menuliskan identitas sumber berita secara lengkap ataupun menyebutkan identitas lainnya guna menghindari efek negatif setelah berita tersebut ditayangkan juga upaya menjaga nama baik sumber berita.
Untuk mempraktekan hak tolaknya dalam suatu kasus tertentu, seorang jurnalis juga harus paham tentang asas praduga tak bersalah. Dalam hal ini, menghormati asas praduga tak bersalah berarti bahwa wartawan wajib melindungi tersangka/tertuduh/terdakwa pelaku suatu tindak pidana dengan tidak menyebutkan nama dan identitasnya dengan jelas. Ini harus dilakukan sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahan pelaku dan keputusan itu sudah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Lazimnya yang digunakan media adalah menyebut nama pelaku hanya dengan inisalnya atau memuat fotonya dengan ditutup matanya atau hanya memperlihatkan foto bagian belakang pelaku saja.
Di beberapa media di Indonesia, pelaksanaan kode etik jurnalistik untuk melindungi identitas sumber berita dalam bentuk hak tolak kerap dilakukan. Lebih khusus, pada penayangan program berita di media elektronik. Namun, pada penayangan program berita yang ada di Indonesia seperti Seputar Indonesia (RCTI), Liputan 6 (SCTV), Topik (ANTV), Fokus (Indosiar), Kabar (TVOne), hingga Metro TV, sebagai televisi berita di Indonesia dinilai kurang sebagai wadah untuk jurnalis dalam mempraktekan hak tolaknya tersebut. Hal tersebut dikarenakan program berita yang disebutkan diatas, content beritanya masih bersifat umum, seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan budaya.
Jurnalis yakni individu-individu yang bekerja, mencari, mengolah, mengedit, dan menyiarkan informasi. Jurnalis sama dengan wartawan atau orang yang bertugas melakukan kegiatan jurnalisme. Misalnya bagaimana melakukan investigasi ke lapangan, proses mengendus berita, dan lain-lain. Bentuk dari pekerjaan jurnalis bisa tulisan, kata ujaran yang diucapkan seperti seorang penyiar. Tulisan jurnalisme di antaranya adalah segala bentuk penulisan yang ditulis jurnalis yang ada dalam media massa, misalnya straight news, depth reporting, features, dan lain-lain.
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat dalam bukunya “Jurnalistik, Teori dan Praktik” (2009:115) mengutarakan bahwa profesi jurnalis adalah profesional. Dalam utarannya kata profesional memiliki tiga arti, pertama, profesional adalah kebalikan dari amatir, kedua, sifat pekerjaan wartawan menuntut pelatihan khusus, ketiga, norma-norma yang mengatur perilakunya dititikberatkan pada kepentingan khalayak pembaca. Selanjutnya, terdapat dua norma yang dapat diidentifikasikan, yaitu: pertama, norma teknis (keharusan menghimpun berita dengan cepat, keterampilan menulis dan menyunting, dan sebagainya), dan kedua, norma etis (kewajiban kepada pembaca serta nilai-nilai seperti tanggungjawab, sikap tidak memihak, sikap peduli, sikap adil, objektif dan lain-lain yang semuanya harus tercermin dalam produk penulisannya).

Kompetensi Yang Harus Dimiliki Seorang Jurnalis
ada tiga kategori kompetensi yang harus dipunyai seorang jurnalis, antara lain:
1. Kesadaran (awarness): mecakup kesadaran tentang etika, hukum dan karir. 
2. Pengetahuan (knowledge): mencakup pengetahuan umum dan pengetahuan khusus sesuai bidang kewartawanan yang bersangkutan. 
3. Keterampilan (skills): mencakup keterampilan menulis, wawancara, riset, investigasi, menggunakan berbagai peralatan, seperti komputer, kamera, mesin scanned, faksimili dan sebagainya.

Prinsip Kerja Jurnalis 
prinsip kerja jurnalis dapat di klasifikasikan ke dalam kategori ilmuan. Beberapa hal yang memperkuat pernyataan tersebut yakni:
1. Sikap skeptis, maksudnya dalam proses kerjanya sifat keragu-raguan seorang jurnalis menuntutnya untuk terus mencari kebenaran dalam suatu hal. Sebab, kebenaran adalah sesuatu yang bersifat sementara dan mempunyai peluang untuk penajaman dan penyempurnaan. 
2. Terbuka, yakni terbuka terhadap kebenaran investigasi yang dilakukannya, juga bisa dilakukan orang lain pula atau terbuka terhadap informasi lain dan tidak meyakini informasinya sendiri yang salah. Dapat juga, dalam hal ini jurnalis tidak boleh kebal terhadap kritik. 
3. Punya insting untuk praktik, jurnalis dan seorang ilmuan juga tak luput dari proses check and recheck. Proses tersebut bertujuan untuk secara berkesinambungan memperoleh data yang valid. 
4. Keyakinan kebenaran bersifat sementara, seorang jurnalis jelas punya tugas untuk memperjelas sesuatu yang samar dan bukan menyamarkan sesuatu yang sudah jelas. 5. Hemat, maksudnya ketika diberi pilihan, manusia umumnya memilih yang lebih simpel. Tugas ilmuan karenanya membuat sesuatu lebih sederhana dan mudah dipahami, termasuk juga kerja seorang jurnalis.
5. Hemat, maksudnya ketika diberi pilihan, manusia umumnya memilih yang lebih simpel. Tugas ilmuan karenanya membuat sesuatu lebih sederhana dan mudah dipahami, termasuk juga kerja seorang jurnalis.

Tantangan jurnalis di era modern
Salah satu tantangan tersebut yakni mengenai bagaimana jurnalis di era media harus mengutamakan kecepatan penyebaran informasi dengan tetap mengedepankan ketepatan informasi tersebut.
Kalangan jurnalis mengakui bahwa salah satu persoalan mendasar bagi bangsa Indonesia saat ini adalah pengelolaan dunia jurnalisme yang bergeser dari rute yang diharapkan. Pemberitaan dan publikasi informasi yang bebas kebablasan sering menjadi bahan gunjingan dimana-mana. Hal itu tentu saja terkait langsung dengan kerja-kerja jurnalis yang dianggap tidak melakukan tugasnya sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Kode etik jurnalistik seakan hanya pajangan semata, dan tidak lagi menjadi acuan dalam pelaksanaan tugas seorang jurnalis.

Sebenarnya yang terjadi adalah kemampuan kerja rata-rata jurnalis Indonesia saat ini umumnya berada pada tingkat yang memprihatinkan. Keterampilan menulis berita yang faktual, aktual, informatif dan bernilai kebenaran tidak sebanding dengan idealisme yang dimiliki jurnalis. Hal ini tentu menyebabkan jurnalis menjadi kurang meperhatikan pentingnya keakuratan berita, melainkan lebih mengutamakan kecepatan sehingga muncul berita-berita yang tidak akurat ataupun sesuai dengan fakta yang ada. Selain itu, tingkat pendidikan rata-rata para jurnalis yang kurang memadai, baik dari segi kesesuaian pendidikan dengan kerja-kerja jurnalisme maupun dari sisi levelitas pendidikan yang masih rendah, menyebabkan kualitas hasil karya kebanyakan jurnalis yang berseliweran di media massa amat memprihatinkan. Oleh karena itu, masalah ini perlu diselesaikan dengan adanya pelatihan rutin dan ujian jurnalis secara ketat.

Create by:
Kelompok II
Jurnalis pada awalnya tentunya sangat berbeda dari jurnalis saat ini, hal ini disebabkan adanya reformasi dari tahun ke tahun, periode ke periode, masa ke masa, generasi ke generasi, bahkan dari abad ke abad. Reformasi ini tentunya mengarah pada suatu perubahan yang baik dan demi kemajuan serta keberlangsungan jurnalistik.
Pada awal memulai langkahnya, organisasi ini memiliki satu produk atau karya pertama. Para literatur akhir-akhir ini sedang hangat membahas perkembangan jurnalis dari zaman ke zaman dan yang paling tersorot adalah karya pertama jurnalis di dunia yaitu ‘acta diurna’. Yang mengejutkan adalah karya pertama jurnalis ini sudah tercipta sejak jaman romawi kuno.
Pada tahun 100-44 SM tepatnya dimasa pemerintahan kaisar Julius Caesar ‘acta diurna’ atau yang disebut sebagai mading masa kini tercipta untuk pertama kalinya. Dikarenakan Julius Caesar adalah pemerintah pada zaman itu, maka Julius Caesar menjadi bapak pers dunia. Sebenarnya, Julius Caesar hanya meneruskan generasi yang muncul saat pertama kali kerajaan romawi dibuat.
Pada saat masa pemerintahan Imam Agung, acta diurna sudah ada dengan nama lain yaitu ‘annals’, annals semulanya dibuat dari catatan penting di sebuah papan yang dibuat oleh Imam Agung yang kemudian ditujukan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukan berita. Biarpun demikian, Julius Caesar adalah orang yang menyebarluaskan acta diurna.
Acta diurna menuliskan berita penting setiap harinya sehingga menyebar luas dengan sangat cepat di kalangan masyarakat setempat, acta diurna dipajang di alun-alun kota atau dulu disebut dalam bahasa romawi ‘forum romanum’ sehingga banyak orang yang bekerja juga untuk membuat catatan hasil rapat senat yang merupakan isi inti dari acta diurna.
Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist” (wartawan). Selain kisah dari romawi, ada juga kisah secara islamiah, tercatat di sejarah islam dalam kisah nabi nuh. Jurnalis yang awalnya mencatat informasi tentang rapat senat dan catatan-catatan penting, kini jurnalis berkembang dalam memilih topik yang lebih luas.
Jurnalisme merupakan kegiatan menghimpun, mencari fakta, dan melaporkan suatu peristiwa kepada khalayak. Jurnalisme juga merupakan sebuah arena yang sarat dengan kepentingan berbagai pihak.
Sikap-sikap jurnalis yaitu:
1. Selalu menggunakan minimal 15 pertanyaan mudah yang disusun menurut 5w1h
2. (In time lebih baik daripada on time) Lebih baik menunggu daripada ditunggu
3. Membangun kepercayaan narasumber
4. Peka, peka terhadap lingkungan sekitar, staf, narasumber, keadaan, timing.
5. Memberikan tambahan pertanyaan atau improfisasi yang sealur
6. Mengatur alur agar mendapat jawaban yang diinginkan dari narasumber. Mulai dari menyusun kalimat tanya, menggiring topik, dan mengambil kepercayaan
7. Rangkuman point. Selalu mengambil kesimpulan dari semua hal yang didapat dan dicatat tanpa di lewatkan satupun hal atau kejadian tercatat yang terbukti.
Jurnalisme juga memiliki kode etik yaitu:
1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.
8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
11. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.
Secara tradisional, jurnalis pergi ke tempat kejadian sendiri dan menulis, menceritakan, atau merekam apa yang terjadi. Mereka menyelidiki peristiwa, mengumpulkan fakta, dan menerbitkan cerita yang sudah terkonfirmasi kebenarannya. 

Dengan perkembangan waktu dunia, jurnalis memiliki kemampuan untuk berbuat lebih banyak dengan kekuatan teknologi. Mereka menyaring dengan mengumpulkan semua artikel yang relevan dalam satu cerita dengan menggunakan cara-cara komunikasi baru yang kuat untuk menarik perhatian pada isu-isu penting.
Di masa lalu, sebagian besar berita berasal dari koran local, sedangkan berita tercepatnya berasal dari radio dan televisi. Itupun membutuhkan waktu satu hari penuh untuk mengetahui berita terbaru. 
Di era modern saat ini, semakin banyak munculnya jurnalis-jurnalis dengan berita-berita yang faktual. Berkat internet, kini kita hanya perlu menunggu dalam hitungan detik berita terkini.
Di era digital ini, para pencari informasi tidak perlu bersusah payah hanya untuk mendapatkan informasi terkini, bahkan para informan yang memberikan informasi juga dapat dengan mudah memberikan informasi kepada masyarakat luas, berkat adanya perkembangan teknologi. Sehingga media penyampaian informasi tersedia dengan kemasan yang beragam. Mulai dari media cetak, elektronik, hingga online.
Perkembangan jurnalistik saat ini juga memberi kesempatan bagi seluruh masyarakat. Semua kalangan dapat berpartisipasi dan menjadi wartawan hanya dengan menyampaikan informasi. Namun, banyak diantara para wartawan 'dadakan' tersebut, melupakan lima peran pers, sebagai media informasi, sebagai media pendidikan, sebagai media hiburan, sebagai media kontrol sosial, dan sebgai lembaga ekonomi. Sehingga menyebabkan banyaknya berita yang tidak jelas kebahasaannya.
Di era teknologi digital ini, proses membuat dan menyajikan berita diminta berlangsung cepat. Namun, para awak media harus tetap menjaga kualitas artikel yang dihasilkannya. Bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga makna dari peristiwa tersebut dan apa yang dibutuhkan oleh public.
Saat ini banyak media ingin berlomba-lomba dalam menyiarkan informasi tanpa melihat melihat informasi tersebut benar atau tidak. Hal ini berimbas pada menurunnya kualitas artikel yang dihasilkan.
Perkembangan digital ini sangat mempengaruhi seluruh aspek dunia, termasuk jurnalistik. Jurnalis menjadi salah satu objek yang terdampak oleh perubahan digital pada saat ini. Perubahan dari masa ke masa membuat reformasi jurnalistik masih bertahan hingga kini, maka sebagai jurnalistik yang memiliki bakti dan kecintaan di dalam bidang jurnalis, kita juga wajib meneruskan dan mengembangkan reformasi yang sedang berlangsung.
Setelah wabah covid menyebar, semua media sosial online meningkatkan produktifitasnya menjadi lebih dari 80% secara keseluruhan. Karena wabah yang menyebar dimana-mana, masyarakat jadi lebih mengandalkan handphone mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari pakaian, makanan dan minuman, bahkan hiburan.
Dalam wabah ini, jurnalis juga mengambil kesempatan. Menyebarkan banyak berita terbaru dan terpercaya, lalu mempromosikan web atau blog yang menyajikan uraian dengan topik yang faktual dan informatif.


Create by:
Kelompok I

Sabtu, 02 Juli 2022

Not Me

     Namaku adalah Mentari Raysia Putri dan aku adalah anak tunggal. Aku mempunyai seorang sahabat yang kukenal sejak kecil, ia bernama angkasa dan biasanya kupanggil Aksa. Awalnya hidupku berjalan baik-baik saja, aku selalu mendapatkan nilai yang bagus dan mendapatkan ranking 1 di kelas. Aku juga pernah mengikuti olimpiade atas permintaan orang tuaku dan selalu memenangkannya. Namun, semua itu berakhir karena suatu kejadian di masa SMA ku. Saat itu aku merasa bahwa semua kerja kerasku terbuang sia sia, hingga akhirnya aku merasa diriku terpecah belah menjadi dua bagian yang berbeda.

     Saat itu, aku baru saja menduduki bangku SMA, kebetulan Aksa satu sekolah denganku. Walau pada awalnya ia tidak mau, tetapi kedua orang tuaku membujuknya dan karena ia merasa tidak enak karena sudah mengenalku sejak kecil akhirnya ia pun setuju. Sebenarnya aku sedikit paham kenapa Aksa pada awalnya menolak, ia menolak bukan karena ingin menghindariku atau semacamnya hanya saja sekolahku yang baru ini adalah salah satu SMA ternama di Indonesia. Tentu saja ia pasti merasa khawatir akan nilainya, karena pada dasarnya Aksa bukanlah anak yang cerdas, tetapi ia memiliki sikap yang ramah dan suka menolong. Karena itulah seringkali aku membantu mengajari dia berbagai macam pelajaran yang ia rasa kurang mengerti, anggap saja sebagai balas jasa atas sikapnya.

     Seiring berjalannya waktu guru-guru mulai memperhatikan diriku, terutama Bu Ayu sebagai wali kelasku. Ia melakukan hal ini kurang lebih karena prestasiku yang cukup baik. Selain diriku ada satu murid lainnya yang juga diperlakukan serupa denganku, yaitu Emily Alexandra atau Emily singkatnya. Nilai kami berdua bisa dibilang cukup sebanding dan tentunya aku merasa senang karena aku mempunyai seorang saingan. Dengan begini aku tentunya memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk terus belajar dan berkembang. Apalagi kami berdua sama-sama menyukai pelajaran Pak Mancung, yaitu matematika. Karena hal inilah hubunganku dengan Emily semakin dekat, kami sering bertukar ilmu dan terkadang berbincang bersama.

     Suatu hari karena kebetulan Pak Mancung tahu bahwa aku dan Emily suka mempelajari matematika, beliau memberitahu diriku dan Emily mengenai sebuah olimpiade Matematika yang akan diselenggarakan 2 bulan nanti, lebih tepatnya setelah Ujian Akhir Semester pertama. Mendengar hal ini tentunya aku sangat senang, hingga aku pun menceritakan hal ini terhadap orang tuaku karena aku tahu bahwa selama ini mereka sangat menginginkan diriku untuk menjadi juara umum. Namun sesampainya di rumah ekspresi mereka tidak begitu mengenakan, mengingat dahulu waktu SMP aku gagal menjadi juara dalam olimpiade. Oleh karena itu aku akhirnya mulai belajar dengan sangat giat, namun entah mengapa akibat kejadian itu, sekarang orang tuaku menjadi sangat agresif. Mereka selalu pergi ke kamarku setiap hari untuk memeriksa apakah aku belajar dengan sungguh-sungguh atau tidak. Rasanya aku diperlakukan seperti tahanan di penjara, tetapi aku tidak mau terlalu memikirkan hal tersebut dan bagiku perlakuan ini wajar saja sebagai penebusan kesalahanku. Lagipula, mereka juga melakukan hal ini bukan tanpa alasan. Mereka khawatir akan masa depanku dan juga mereka ingin agar diriku mampu meneruskan prestasi Ayahku yang merupakan seorang ilmuwan ternama. 

     Hari demi hari kujalani, setiap harinya kegiatan yang kulakukan hanya belajar dan belajar. Perlakuan kedua orang tuaku juga semakin lama menjadi semakin agresif, karena semakin lama mereka semakin membatasi waktuku untuk bersantai. Tidak peduli akan kondisiku, mereka tidak akan memperbolehkan diriku untuk beristirahat sebelum aku belajar sesuai dengan jadwal yang diberikan. Pada awalnya tentu aku merasa biasa saja, namun lama kelamaan aku pun merasa terbebani karena jadwal yang mereka berikan seakan-akan menyiksaku secara perlahan. Setiap harinya aku hanya mempunyai waktu 9 jam sepulang sekolah sebelum aku tidur dan 7 jam dari waktu tersebut harus digunakan untuk belajar. Tentu saja bukan hanya bosan, lama kelamaan aku pun juga menjadi lelah.

     Pelaksanaan olimpiade pun semakin dekat, namun situasiku tak kunjung membaik. Tekanan yang diberikan oleh orang tuaku sungguh membuat diriku tersiksa, hingga pada akhirnya sampailah diriku pada hari pelaksanaan olimpiade. Saat memasuki ruangan, jantungku berdetak sangat kencang. Aku sungguh khawatir kalau aku akan gagal. Lama kelamaan perasaan khawatir ini tumbuh semakin besar dalam diriku, kepalaku terasa sangat berat dan sakit hingga mau pecah rasanya. Aku tidak bisa fokus sedikitpun ketika mengerjakan, namun aku tetap berusaha sebaik mungkin agar hendaknya keinginan orang tuaku dapat terwujud. 2 jam yang kulalui di sana terasa seperti berabad-abad di dalam sebuah neraka hingga pada akhirnya aku pun mampu menyelesaikan soal-soal olimpiade tersebut.

     Saat aku keluar ruangan, kebetulan Aksa melihat diriku dan ia tahu bahwa kondisiku sedang tidak baik-baik saja. Pada akhirnya ia pun memanggil Pak Botak yang merupakan penjaga UKS sekaligus seorang guru BK di sekolah kami dan membawa diriku ke ruang UKS. Di sana aku pun meminum beberapa obat-obatan untuk meredakan sakit kepala dan akhirnya beristirahat. Walaupun begitu, jauh di dalam lubuk hatiku aku masih merasa khawatir. Hingga hari yang kutunggu pun akhirnya tiba, yaitu hari pengumuman pemenang olimpiade.

     Saat itu, aku sungguh shock bukan main setelah mendengar fakta bahwa nilaiku adalah yang terendah di olimpiade tersebut dan Emily lah yang memenangkannya. Sebenarnya aku cukup senang terhadap emily, namun aku terkejut, bagaimana bisa aku mendapat nilai terendah dalam olimpiade tersebut. Atas kejadian ini juga teman-temanku di kelas mulai membuat rumor mengenai diriku. Rumor yang paling menyakiti diriku adalah bahwa sebenarnya selama ini nilai bagus yang kudapatkan adalah hasil dari menyuap para guru. Setiap harinya mereka memandangku dengan tatapan sinis dan mulai menghina diriku. Keseharianku di sekolah menjadi sangat suram, dan melihat hal ini Pak Botak pun mulai mengambil tindakan dengan menegur mereka, tetapi hal itu tidak mempengaruhi apa-apa. Emily dan Aksa juga turut membantu tetapi tidak banyak yang mereka bisa lakukan.

     Keadaan di rumah juga sama saja, bukannya menyemangati diriku, kedua orang tuaku malah memarahiku setiap saat. Mereka mulai membandingkan diriku dengan Emily dan berharap bahwa aku bukanlah anak mereka. Setiap malam perkataan dari orang tua maupun teman-temanku selalu berdengung dalam pikiranku. Hal itu membuat diriku terasa seperti dihantui rasa bersalah yang sangat mendalam. Terkadang aku pun sampai berpikir bahwa sudah sepantasnya aku tidak dilahirkan di dunia ini.

     Hari ini, Aksa datang ke rumahku karena ia merasa khawatir kepadaku, katanya. Namun, kehadiran Aksa hanya membuatku kesal, karena aku merasa membutuhkan waktu untuk sendiri. Ia membawa makanan yaitu kue kesukaanku, namun kue itu tidak membuat aku merasa baik sama sekali. Aksa bertanya banyak hal yang akupun tidak ingin menjawabnya. Pertanyaan-pertanyaan bodoh yang diucapkan Aksa membuatku jengkel dan ingin sekali Aksa pergi dari rumahku sekarang juga.

    Keesokan harinya, Aku kembali datang ke sekolah walau masih teringat dengan kejadian kemarin. Ditambah Aksa yang kemarin datang kerumahku yang membuatku semakin kesal. Biasanya aku datang terlebih dahulu daripada Aksa, tetapi sekarang Aksa yang menunggu kedatanganku. Sebenarnya aku kurang bersemangat hari ini. Aku datang disaat 5 menit lagi bel akan berbunyi. Tak biasanya aku seperti ini. 

     Aku berjalan menuju mejaku sambil memikirkan tentang kejadian kemarin. Hingga aku tak sadar bahwa Aksa menyapaku. Aksa yang melihatku duduk dengan pandangan kosong, ia segera menghampiriku. Kedatangan Aksa justru membuatku kaget. Aksa berusaha menanyakan kondisiku, tetapi hanya membuatku semakin kesal. Tanpa disadari, Aku melampiaskan kemarahanku kepada Aksa. Aksa yang selalu sabar menghadapi sikapku kemudian mencari cara agar Aku bisa kembali seperti Mentari yang dulu.

     Tak terasa bel masuk sudah berbunyi, pelajaran pertama sudah dimulai yaitu pelajaran Matematika yang diajari oleh Pak Mancung. Ketika pembelajaran berlangsung, Aku melihat Aksa sedang memikirkan sesuatu. Ternyata Aksa masih memikirkan cara agar Aku bisa kembali seperti dulu. Aksa terpikirkan untuk membawa ku ke psikiater tetapi tanpa aku menyadari bahwa akulah yang dibawa kesana. Akhirnya saat pulang sekolah, Aksa mengajakku ke psikiater dengan alasan menemani dirinya untuk konsultasi. Sesampainya disana, Aksa memang terlihat sedang berkonsultasi. Padahal yang sebenarnya Aksa sedang menceritakan kondisiku kepada psikiater itu, Dr. Albert namanya. Sampai akhirnya Aksa menawarkanku untuk berkonsultasi juga. Aksa memberikan alasan bahwa tidak ada salahnya jika sekedar konsultasi ke psikiater. Aku menuruti perkataan Aksa, aku berusaha menceritakan semua yang terjadi pada diriku selama ini. 

Singkat cerita, konsultasi ini pun selesai. Aku duduk di kursi tunggu di depan ruang konsultasi. Tak lama kemudian Dr. Albert kembali memanggil Aksa. Entah apa yang mereka bicarakan. Ternyata Dr. Albert memberikan hasil diagnosisku kepada Aksa. Tetapi Aksa menutupinya dariku.

     Karena penasaran aku bertanya padanya. Ada apa denganku sebenarnya, tapi Aksa hanya mengatakan dengan lembut semua akan baik-baik saja. Aksa mengantarkanku pulang sampai masuk kerumah. Ketika Aku ingin masuk ke kamar, aku melihat Aksa sedang berbincang dengan orang tuaku, namun hanya sebentar saja setelahnya ia langsung bergegas kembali kerumahnya. 

Keesokannya aku bangun pagi-pagi. Entah apa yang membuatku bangun sepagi ini. Aku merasa seperti ada sesuatu yang mencurigakan. Aku keluar dari kamar dan melihat keberadaan Aksa di rumahku. Ternyata Aksa memberikan amplop putih berisikan selembar kertas. Orang tuaku membaca isi dari kertas itu. Seketika orang tuaku seperti cemas dan berekspresi seolah-olah menyesal. Aku tidak tahu apa yang terjadi, situasi ini membuatku sangat bingung.

     Aku memutuskan untuk menghampiri mereka untuk mencari tahu apa yang sebenarnya. Aksa yang melihatku menghampirinya sontak keget. Orang tuaku langsung memelukku. Aku yang tak tahu apa pun menjadi tambah bingung. Orang tuaku memberitahuku tentang isi surat itu, ternyata aku mengalami Multiple Personality Disorder atau yang lebih dikenal dengan kepribadian ganda. Aku menangis mendengar apa yang terjadi pada diriku. Aku merasa selama ini aku baik baik saja, tetapi hal lain terjadi pada diriku. Akhirnya orang tuaku memutuskan melakukan pengobatan untuk menyembuhkanku. Aku setuju dengan keputusan ini. Aksa yamg berada disampingku pun turut mendukung dan menyemangatiku untuk sembuh.

     Seiring pengobatan berjalan, perlahan keadaanku membaik. Ini semua juga karena dukungan orang-orang disekitarku, termasuk Aksa yang selalu ada disaatku membutuhkan seseorang yang bisa memahami diriku. Aku sangat berterima kasih kepada Aksa karena telah menguatkanku disaat semua orang ingin menghentikan langkahku. Aku menganggap ini semua adalah petulangan yang menakjubkan, pengalaman kehidupan yang harus kujadikan pelajaran untuk kedepannya. Dan untuk Aksa yang telah hadir dan menemaniku dalam petualangan menakjubkan ini, meyakinkan diriku untuk menjadi diri sendiri dan tak peduli dengan anggapan orang lain. Aku mensyukuri hidupku kembali seperti Mentari yang dulu dan aku berjanji apa pun yang terjadi nanti aku akan melewatinya dengan penuh semangat dan menjadi diriku sendiri.

END

Kamu Pembaca Ke

Random Post

Galeri foto

Galeri foto

Ikuti media sosial kami